Kamis, 23 Januari 2014

Shalat Birrul Walidain



Shalat Birrul Walidain

Yaitu Shalat sunah yang dikerjakan diantara Shalat Maghrib dan Shalat Isya’ pada malam kamis. Shalat ini dikerjakan dengan dua rakaat. Pelaksanaannya pada rakaat pertama setelah membaca Al-Fatihah, membaca ayat kursi sebanyak 5 kali dan surat Al-Mu’awwidzatain 5 kali. Untuk rakaat kedua sama dengan rakaat yang pertama.

Niat shalat Birrul Walidain
أُصَلِّىْ سُنَّةً لِبِرِّ الْوَالِدَيْنِ رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالَى
 “Aku niat shalat Birrul Walidain dua rakaat, karena Allah ta’ala”.
Setelah selesai shalat, membaca istighfar sebanyak 15 kali dan shalawat 15 kali kemudian berdo’a. Dan ketika hendak berdo’a, disunahkan menyertakan niat untuk mengkhususkan pahalanya kepada kedua orangtua.

Shalat Isyraq


Shalat Isyraq

Yaitu shalat sunah yang dikerjakan pada awalnya siang setelah naiknya matahari dan sebelum shalat Dluha. Shalat ini dikerjakan dengan dua rakaat atau empat rakaat. Salah satu hikamh dari mengerjakan shalat ini adalah akan mendapatkan pahala sebagaimana pahalanya melaksanakan ibadah haji dan umrah secara sempurna.
Teknis Pelaksanaannya:
Yakni pada rakaat pertama setelah membaca Al-Fatihah, membaca surat Ad-Dluha. Kemudian pada rakaat kedua setelah membaca Al-Fatihah, membaca surat Al-Insyirah.

Niat Shalat Isyraq
نَوَيْتُ أُصَلِّىْ سُنَّةَ الْإِشْرَاقِ رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالَى
“Aku niat shalat sunah Isyraq dua rakaat, karena Allah ta’ala”.

Shalat Malam Nishfu Al-Sya’ban


Shalat Malam Nishfu Al-Sya’ban

Setelah selesai shalat sunah ba’diyah maghrib, disunahkan mengerjakan shalat sunah Nishfu Sya’ban dua rakaat pada malam 15 bulan Sya’ban. Pada rakaat pertama setelah membaca Al-Fatihah, membaca surat Al-Kafirun, sedangkan pada rakaat kedua membaca surat Al-Ikhlas.

Niat Shalat Nishfu Sya’ban
أُصَلِّىْ سُنَّةً لِإِحْيَاءِ لَيْلَةِ نِصْفِ شَعْبَانَ رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالَى
“Aku niat shalat sunah malam nishfu sya’ban dua rakaat, karena Allah ta’ala”.
Kemudian setelah selesai shalat dua rakaat, membaca surat Yaasin sebanyak 3 kali dengan niat sebagai berikut:
a.  Memohon umur panjang agar bisa lebih banyak melakukan ibadah kepada Allah SWT
b. Memohon diberi rizki yang banyak lagi halal untuk bekal melakukan ibadah kepada Allah SWT
c. Memohon teguhnya iman dan islam agar mendapat Husnul Khotimah.

Shalat Li-unsil Qubri (Penenteram Ahli Qubur)


Shalat Li-unsil Qubri (Penenteram Ahli Qubur)

Adalah shalat sunah sebagaimana yang diriwayatkan dalam sebuah hadits, bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Tidak akan dijumpai oleh mayyit saat yang lebih payah daripada malam pertama, maka kasihanilah ia dengan bersedekah untuknya, dan apabila tidak mampu maka hendaknya shalat dua rakaat untuk si mayyit, yang tiap rakaatnya setelah membaca Al-Fatihah membaca ayat kursi 1 kali, surat At-Takatsur 1 kali dan surat Al-Ikhlas 10 kali. Kemudian setelah salam membaca Do’a:
اللَّهُمَّ إِنِّى صَلَّيْتُ هٰذِهِ الصَّلَاةَ وَتَعْلَمُ مَا أُرِيْدُ، اللَّهُمَّ ابْعَثْ ثَوَابَهَا إِلَى قَبْرِ .......بن
(disebutkan namanya Si ahli kubur)
Maka Allah SWT akan mengutus seribu Malaikat dengan membawa Nur dan Hidayah untuk menghibur si mayyitdi alam qubur sampai sangkakala Malaikat Israfil ditiup (Hari Kiamat).

Niat Shalat Li-Unsil Qubri
أُصَلِّىْ سُنَّةً لِأُنْسِ الْمَيِّتِ رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالَى
“Aku niat shalat sunah untuk penenteram mayit dua rakaat, karena Allah ta’ala”.
Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa seseorang yang mengerjakan shalat ini akan mendapatkan pahala yang besar, diantaranya dia tidak akan meninggal dunia sebelum melihat tempat surganya. Sebagian Ulama’ menganjurkan untuk mengerjakan shalat ini setiap hari yang pahalanya ditujukan pada seluruh orang islam yang sudah meninggal.

Shalat ‘Arafah


Shalat ‘Arafah

Adalah shalat sunah sebagaimana yang diriwayatkan dalam sebuah hadits riwayat Abu Hurairah Ra : “Barang siapa shalat empat rakaat diantara Dhuhur dan Ashar di hari ‘Arafah, yang tiap rakaatnya setelah membaca Al-Fatihah membaca Al-Ikhlas 50 kali, maka Allah SWT akan menulis sejuta kebaikan baginya dan meninggikan derajatnya di surga dengan tiap-tiap huruf yang dibacanya, jarak antara masing-masing derajat adalah perjalanan 500 tahun, serta akan dinikahkan dengan bidadari sebanyak huruf yang dibacanya."

Niat Shalat Taubat
أُصَلِّىْ سُنَّةً لِيَوْمِ عَرَفَةَ رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالَى
 “Aku niat shalat sunah untuk hari ‘Arafah dua rakaat, karena Allah ta’ala”.

Bacaan Setelah Shalat ‘Arafah
لَآإِلٰهَ إِلَّاَ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْئٍ قَدِيْرٌ ١٠٠
الَّٰلهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمٍ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمٍ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ١٠٠
ثُمَّ تَقْرَأ : سُوْرَة الْإِخْلَاص ١٠٠

Shalat Taubat


Shalat Taubat

Adalah shalat dua rakaat yang dikerjakan karena seseorang telah melakukan perbuatan dosa atau maksiat, karena merasa berbuat dosa lalu minta ampun pada Allah SWT, serta bertaubat untuk tidak akan mengulangi lagi, artinya seseorang menyesal atas perbuatan yang telah dilakukannya. Maka dari itu agar taubat seseorang diterima oleh Allah SWT, hendaknya melaksanakan shalat taubat dan memperbanyak istighfar.

Niat Shalat Taubat
أُصَلِّىْ سُنَّةَ التَّوْبَةِ رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالَى
“Aku niat shalat sunah Taubat dua rakaat, karena Allah ta’ala”.

Do’a Shalat Taubat
أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ، الَّذِى لآَ إِلٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ تَوْبَةَ عَبْدٍ ظَالِمٍ لَا يَمْلِكُ لِنَفْسِهِ ضَرًّا وَلَا نَفْعًا وَلَا مَوْتًا وَلَا حَيَاةً وَلَا نُشُوْرًا

Shalat Rebo Wekasan (Rabu Akhir dari Bulan Shafar)


Shalat Rebo Wekasan (Rabu Akhir dari Bulan Shafar)

Diceritakan dari sebagian orang yang Ma’rifah Billah, yaitu: Orang yang memiliki Hati mukasyafah. Bahwa setiap tahun Allah menurunkan 320 bala’ (musibah), dan semuanya itu terjadi pada hari Rabu akhir dari bulan Shafar, maka hari itu dijuluki Ash’abu Ayyami As-Sanah (hari yang amat sulit), maka barang siapa pada hari itu melakukan shalat empat rakaat dengan satu salam, setiap rakaat setelah membaca Al-Fatihah membaca surat Al-Kautsar 17 kali, surat Al-Ikhlas 5x, dan surat Al-Muawwidzatain 1x, kemudian berdo’a, maka dia akan dilindungi oleh Allah dari musibah yang turun pada hari itu bahkan dia tidak akan tertimpa musibah sepanjang ahun tersebut.

Shalat Awwabin / Litsubutil Iman


Shalat Awwabin / Litsubutil Iman

Definisi Shalat Awwabin
Shalat Awwabin adalah shalat sunah yang dilakukan pada waktu antara shalat maghrib dan isya’. Jumlah rakaatnya adalah 20/6/4, atau 2 rakaat (ini paling sedikit). Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa ingin imannya dilindungi oleh Allah, maka hendaknya melakukan shalat dua rakaat setelah melakukan shalat sunah maghrib, setiap rakaat setelah membaca Al-Fatihah, membaca surat Al-Ikhlas sebanyak 11x dan membaca surat Al-Mu’awwidzatain (Al-Falaq dan An-Naas) 1x”. Shalat ini apabila waktunya sudah habis da belum sempat melaksanakannya, maka sunah untuk mengqodlo'inya.

Niat Shalat Awwabin
أُصَلِّىْ سُنَّةَ الْأَوَّابِيْنَ رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالَى
“Aku niat shalat sunah Awwabin dua rakaat, karena Allah ta’ala”.

Jumat, 17 Januari 2014

Shalat Lailatul Qodar


Shalat Lailatul Qodar

Pelaksanaan Shalat Lailatul Qodar
Shalat lailatul qodar adalah shalat sunah sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadits riwayat Ibnu Abbas Ra. : “Barang siapa shalat dua rakaat disaat malam Lailatul Qodar, yang tiap rakaatnya setelah membaca Al-Fatihah, membaca surat Al-Ikhlas 7 kali, setelah salam membaca :
أَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ٧٠
Maka sebelum dia berdiri, Allah SWT akan mengampuni dosa-dosanya dan dosa kedua orang tuanya, menyuruh para Malaikat untuk menanam pohon disurga baginya, membangunkan istana yang megah dengan sungai yang mengalir dan tidak akan keluar dari dunia ini (meninggal) sehingga dia melihat semua itu."

Niat Shalat Lailatul Qodar
أُصَلِّىْ سُنَّةً لِطَلَبِ لَيْلَةِ الْقَدْرِرَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالَى
“Aku niat shalat sunah mencari Lailatul Qodar dua rakaat, karena Allah ta’ala”.

Shalat Gerhana


Shalat Gerhana
 Pendahuluan
Shalat Kusufain adalah shalat dua gerhana, yakni shalat karena Gerhana Matahari yang disebut dengan shalat Kusuf dan Gerhana Bulan yang disebut dengan shalat Khusuf. Kedua shalat ini hukumnya sunah muakkad dan lebih utamanya dikerjakan secara berjamaah dan dilakukan didalam masjid.
Waktu mengerjakan shalat gerhana matahari dimulai dari timbulnya gerhana itu sampai matahari kembali sebagaimana biasa atau terbenam. Sedangkan shalat gerhana bulan dimulai dari timbulnya gerhana itu sampai bulan nampak utuh atau matahari terbit.

 Pelaksanaan Shalat Gerhana
Tata cara dua shalat ini dapat dikerjakan dengan tiga cara, yaitu:
Ø  Shalat dua rakaat sebagaimana shalat biasa dengan tanpa memanjangkan bacaan.
Ø  Shalat dua rakaat dengan empat kali ruku’ dan empat kali berdiri dengan tanpa memanjangkan bacaan. Yakni, pada rakaat pertama sesudah ruku’ dan I’tidal membaca surat Al-Fatihah lagi, kemudian ruku’ dan I’tidal sekali lagi, kemudian terus sujud sebagaimana biasa. Pada rakaat kedua juga dilakukan sebagaimana pada rakaat pertama.
Ø  Shalat dua rakaat dengan cara yang kedua disertai dengan memanjangkan bacaan suratnya ketika berdiri dan memanjangkan bacaan tasbihnya ketika ruku’ dan sujud. Ini adalah cara yang paling sempurna.

 Kadar lama ketika berdiri :
Ø  Berdiri yang pertama pada rakaat pertama dengan membaca surat Al-Baqarah atau surat lain yang menyamai panjangnya.
Ø  Berdiri yang kedua pada rakaat pertama dengan membaca surat Ali-Imran atau surat lain yang menyamai panjangnya.
Ø  Berdiri yang pertama pada rakaat kedua dengan membaca surat An-Nisa’ atau surat lain yang menyamai panjangnya.
Ø  Berdiri yang kedua pada rakaat kedua dengan membaca surat Al-Ma’idah atau surat lain yang menyamai panjangnya.

 Kadar lama ketika ruku’ dan sujud :
Ø  Ruku’ dan sujud pertama pada rakaat pertama dengan membaca tasbih selama kira-kira membaca 100 ayat dari surat Al-Baqarah.
Ø  Ruku’ dan sujud kedua pada rakaat pertama dengan membaca tasbih selama kira-kira membaca 80 ayat dari surat Al-Baqarah.
Ø  Ruku’ dan sujud pertama pada rakaat kedua dengan membaca tasbih selama kira-kira membaca 70 ayat dari surat Al-Baqarah.
Ø  Ruku’ dan sujud kedua pada rakaat kedua dengan membaca tasbih selama kira-kira membaca 50 ayat dari surat Al-Baqarah.
Bacaan Al-Fatihah dan surat dalam shalat gerhana bulan sunah dikeraskan seperti dalam shalat maghrib. Sedangkan dalam shalat gerhana matahari bacaannya tidak dikeraskan seperti dalam shalat dhuhur. Begitu pula disunahkan melakukan khutbah setelah shalat, akan tetapi tidak disunahkan membaca takbir baik di khutbah pertama dan kedua. Dalam khutbah, hendaknya seorang khatib menganjurkan berbuat baik seeperti bertaubat dan bersedekah.

 Niat Shalat Gerhana Matahari
أُصَلِّىْ سُنَّةً لِكُسُوْفِ الشَّمْسِ رَكْعَتَيْنِ (مَأْمُوْمًا/إِمَامًا) لِلهِ تَعَالَى
“Aku niat shalat sunah gerhana matahari dua rakaat (bermakmum / menjadi imam), karena Allah ta’ala”
أُصَلِّىْ سُنَّةً لِخُسُوْفِ الْقَمَرِ رَكْعَتَيْنِ (مَأْمُوْمًا/إِمَامًا) لِلهِ تَعَالَى
“Aku niat shalat sunah gerhana bulan dua rakaat (bermakmum / menjadi imam), karena Allah ta’ala”

Sabtu, 11 Januari 2014

Shalat Tasbih

Shalat Tasbih
Adalah salah satu shalat sunah yang diajarkan oleh baginda Rasulullah SAW. Kepada ibunya Sayyidina Abbas Ibnu Abdul Muthalib Ra. Shalat tasbih ini dianjurkan mengamalkannya, kalau bisa setiap hari, kalau tidak bisa setiap hari maka seminggu sekali atau sebulan sekali atau setahun sekali, dan kalau tidak bisa juga, maka setidak-tidaknya dikerjakan sekali seumur hidup.
Shalat Tasbih ini dikerjakan dengan 4 rakaat dengan 1 kali salam bila dilakukan pada waktu siang hari / 2 kali salam bila dikerjakan waktu malam hari,

Niat Shalat Tasbih
v  Ketika dilakukan disiang hari
أُصَلِّيْ سُنَّةَ التَّسْبِيْحِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ لِلهِ تَعَالَى
“Aku niat shalat sunah Tasbih empat rakaat, karena Allah ta’ala”
v  Ketika dilakukan malam hari
أُصَلِّيْ سُنَّةَ التَّسْبِيْحِ رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالَى
“Aku niat shalat sunah Tasbih dua rakaat, karena Allah ta’ala”

Pelaksanaan Shalat Tasbih
Shalat ini disebut shalat Tasbih, karena dalam setiap rakaatnya dibacakan tasbih sebanyak 75 kali, sehingga dalam empat rakaat berjumlah 300 tasbih, adapun caranya adalah sebagai berikut :
ü  Pada rakaat pertama, setelah membaca Al-Fatihah dan surat, membaca tasbih 15 kali.
ü  Kemudian ketika ruku’, setelah membaca Do’a ruku’, membaca tasbih 10 kali.
ü  Ketika I’tidal, setelah membaca Do’a I’tidal, membaca tasbih 10 kali.
ü  Ketika sujud pertama, setelah membaca Do’a sujud, membaca tasbih 10 kali.
ü  Ketika duduk diantara dua sujud, setelah membaca Do’a duduk diantara dua sujud, membaca tasbih 10 kali.
ü  Ketika sujud yang kedua, setelah membaca Do’a sujud, membaca tasbih 10 kali.
ü  Ketika akan berdiri untuk rakaat yang kedua, maka terlebih dahulu melakukan duduk istirahat (duduk sebagaimana dalam tahiyyat awal) sambil membaca tasbih 10 kali.
ü  Setelah itu berdiri untuk mengerjakan rakaat yang kedua dan bacaannya sama dengan bacaan dalam rakaat yang pertama. Begitu seterusnya sampai salam. Namun dalam rakaat yang terdapat bacaan tahiyyat baik tahiyyat awal/akhir membaca tasbih 10 kali dikerjakan setelahnya, kemudian berdiri/ salam.
Andaikan lupa membaca tasbih pada salah satu tempatnya, maka boleh digantikan ditempat berikutnya, agar bacaan tasbihnya tetap berjumlah 300 tasbih.

Bacaan Tasbih

سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلهِ وَلَآ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرْ

Shalat Dluha

Shalat Dluha
Adalah shalat sunah yang dikerjakan pada waktu siang hari (matahari sedang naik). Waktunya adalah mulai kira-kira matahari sedang naik setinggi satu tombak / 7 hasta sampai masuk waktu Dhuhur, namun lebih utama dilakukan pada waktu seperempat siang atau kira-kira pukul 09.00 pagi. Sekurang-kurangnya shalat Dluha ini dikerjakan dua rakaat dan paling banyak dua belas rakaat, tetapi yang paling utama adalah delapan delapan rakaat. Sedang surat yang lebih utama dibaca setelah Al-Fatihah adalah surat Asy-Syams pada rakaat pertama dan Ad-Dluha pada rakaat kedua. Apabila lebih dari dua rakaat, maka pada rakaat pertama setelah Al-Fatihah membaca surat Al-Kafirun dan Al-Ikhlas pada rakaat yang kedua.

 Niat Shalat Dluha
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الضُّحَى رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالَى

“Aku niat shalat sunah Dluha dua rakaat, karena Allah ta’ala”

Shalat Hajat

Shalat Hajat
Adalah shalat sunah yang dikerjakan karena mempunyai hajat atau keinginan agar dikabulkan oleh Allah SWT. Shalat ini dilaksanakan dua rakaat hingga dua belas rakaat. Untuk caranya sama seperti shalat istikharah hanya saja beda niatnya. Waktunya boleh dilakukan pada malam hari atau siang hari, tetapi yang paling utama yaitu dikerjakan pada waktu sepertiga malam yang akhir (setengah tiga). Sedangkan surat yang dibaca lebih baik untuk rakaat yang pertama adalah ayat kursi / surat Sabbihis / Al-A'la, dan untuk rakaat yang kedua adalah surat Al-Ikhlas.

Niat Shalat Hajat
أُصَلِّيْ سُنَّةً لِقَضَآءِ الْحَاجَةِ رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالَى

“Aku niat shalat sunah Hajat dua rakaat, karena Allah ta’ala”

Shalat Istikharah

Shalat Istikharah
Adalah shalat sunah untuk memohon kepada Allah SWT tentang ketentuan pilihan yang lebih baik diantara dua hal yang belum dapat ditentukan baik buruknya. Yakni, apabila seseorang yang sedang menghadapi suatu perkara yang mubah, seperti menikah, bepergian, dan lain-lain, sedangkan dirinya masih ragu-ragu apakah dikerjakan atau tidak, maka disunahkan untuk mengerjakan shalat Istiskharah (meminta solusi yang terbaik). Jumlah shalatnya dua rakaat, pada rakaat pertama membaca surat Al-Kafirun setelah membaca surat Al-Fatihah dan untuk rakaat kedua setelah Al-Fatihah membaca surat Al-Ikhlas.

Niat Shalat Istikharah
أُصَلِّيْ سُنَّةَ اْلإِسْتِخَارَةِ رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالَى
 “Aku niat shalat sunah Istikharah dua rakaat, karena Allah ta’ala”

Shalat Istikharah Muthlaq
Termasuk shalat sunah ini adalah shalat Istikharah yang masyhur dikalangan orang-orang sufi, yaitu shalat istikharah muthlak yang diamalkan oleh para kekasih Allah SWT setiap hari agar segala perbuatannya baik gerak maupun diamnya dikaruniai kebaikan bagi dirinya sendiri ataupun orang lain, begitu pula perbuatan orang lain dikaruniai kebaikan bagi dirinya. Sebagian para 'Arifin berkata : "shalat ini benar-benar sudah teruji dan banyak membuahkan manfa'at."

Shalat sunah ini kapan saja waktunya dapat dikerjakan kecuali waktu-waktu yang diharamkan. Tetapi lebih utama dikerjakan setelah shalat Isyroq dan sebelum shalat Dluha. Sedangkan caranya, pada rakaat pertama setelah Al-Fatihah membaca surat Al-Qoshosh ayat 68-69 atau membaca surat Al-Kafirun, dan pada rakaat kedua setelah Al-Fatihah membaca surat Al-Ahzab ayat 36 atau membaca surat Al-Ikhlas.

Shalat Istisqa’

Shalat Istisqa’
Shalat Istisqo’ pertama kali di syari’atkan pada bulan Ramadlan tahun ke-enam Hijriyyah. Shalat Istisqo’ termasuk sebagian dari syari’at yang dikhususkan pada ummat Nabi Muhammad SAW. Secara bahasa, Istisqo’ adalah meminta air secara muthlak, baik kepada Allah ataupun yang lainnya. Secara syara', Istisqa' adalah permohonan hamba kepada Tuhannya (Allah) supaya diturunkan air hujan disaat membutuhkan.
Niat Shalat Istisqo’
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الْإِسْتِسْقَاءِ رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالَى
“Aku niat shalat sunah Istisqo’ dua rakaat, karena Allah ta’ala”

Hal-Hal Yang Dilakukan Sebelum Shalat Istisqo’
Disaat sungai kering tak berair, dan hujan yang dirindukan tak kunjung datang, disunahkan bagi setiap orang untuk melakukan shalat Istisqo’. Tata cara pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
Ø  Tiga hari sebelum melakukan shalat Istisqo’, sunah bagi Imam atau ‘Ulama untuk memerintah kaumnya untuk melakukan puasa 4 hari (3 hari sebelum melakukan shalat Istisqo’ dan pada hari ke-4 ketika melakukan shalat Istisqo’). Dan menganjurkan berbuat baik, seperti sedekah, taubat, dan lain sebagainya.
Ø  Pada hari keempatnya, semua penduduk beserta binatang ternaknya disuruh keluar menuju lapangan untuk melaksanakan shalat Istisqo’. Waktu keluar dianjurkan memakai pakaian sederhana, tidak berhias, tidak memakai wangi-wangian dan memperbanyak membaca istighfar.
Teknis pelaksanaan shalatnya sebagaimana shalat ’ied, yakni membaca takbir 7x pada rakaat pertama setelah membaca Do’a Iftitah dan takbir 5x pada rakaat kedua sebelum membaca surat Al-Fatihah
Ø  Setelah salam, khatib membaca dua khutbah. Pada khutbah pertama dimulai dengan membaca istighfar 9x dan pada khutbah kedua dimulai dengan membaca istighfar 7x.
Catatan :
Ketika setelah melakukan shalat Istisqo’, ternyata hujan belum kunjung turun, maka shalat boleh diulang untuk kedua dan ketiga kalinya sampai diturunkannya hujan. Shalat Istisqo’ juga boleh dilakukan pada waktu-waktu yang dimakruhkan, karena shalat Istisqo’ termasuk sebagian dari shalat yang dikerjakan karena adanya sebab sebagaimana shalat Kusuf dan Khusuf.

Pelaksanaan Shalat Istisqo’
Sebelumnya perlu diketahui, bahwa segala hal yang terkait dengan shalat Istisqo’ hukumnya dianalogikan (diqiyaskan) dengan shalat ‘Ied dalam hal rukun dan sunat-sunatnya, termasuk didalamnya adalah khutbah Istisqa'. Hanya saja dalam khutbah Istisqa' ini bacaan takbir diganti dengan bacaan istighfar.
Pelaksanaan :
1.      Setelah imam selesai melaksanakan shalat, khatib segera maju ke mimbar dengan posisi menghadap para jamaah (ke arah timur).
2.  Sebelum memulai khutbahnya, bagi khatib disunatkan duduk terlebih dahulu kira-kira lamanya pelaksanaan  adzan jum’at.
3.      Membaca istighfar di permulaan khubah pertama sebanyak 9x dan 7x pada permulaan khubah kedua. 
4.    Kemudian khatib membelakangi para jamaah (menghadap qiblat) pada saat membaca Do’a (baik khutbah pertama atau kedua).
5.      Kemudian khatib melanjutkan khutbah kedua. Dan setelah mendapat 1/3 dari permulaan khutbah kedua, khatib kembali lagi menghadap ke arah qiblat (barat).
Catatan :
Pada saat ini bagi khatib dianjurkan untuk lebih banyak membaca do’a, baik dengan keras atau lirih. Dan bagi jamaah shalat membaca amin ketika khatib mengeraskan do’anya, dan berdo’a sendiri-sendiri saat khatib membaca do’a dengan suara pelan.
Cara berdo’a pada saat ini adalah dengan posisi membalikkan bagian dalam telapak tangan (menghadap ke bawah), hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim :
أَنَّهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِسْتَسْقَى فَأَشَارَ بِظَهْرِ كَفَّيْهِ إِلَى السَّمَاءِ
Membalikkan telapak tangan di saat berdo’a pada waktu Istisqo’ ini juga dilakukan pada waktu berdo’a untuk tujuan menolak bencana (daf’ul bala’) atau musibah yang mana hikmahnya adalah tafa’ul (berharap nasib baik) seperti yang tercermin dari hadits Nabi SAW.
6. Pada saat menghadap qiblat, khatib sunah memindah letak surbannya, yakni tahwil atau tankis. Tahwil adalah memindah posisi surbah yang semula berada disebelah kanan ke sebelah kiri, dan dari sebelah kiri ke sebelah kanan. Tankis adalah memindah ujung surban yang berada dibagian bawah ke bagian atas dan sebaliknyaPraktek tahwil dan tankis ini bisa dikerjakan dengan satu langkah, yakni ujung surban bagian bawah yang ada di sisi kiri ke arah sisi kanan bagian atas dan sebaliknya. Tahwil dan tankis ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ad-Daaruquthny :
رَوَى الدَّارُقُطْنِى عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مُحمَّدٍ عَنْ أَبِيْهِ أَنَّهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَسْقَى وَحَوَّلَ رِدَآءَهُ لِيَتَحَوَّلَ اْلقَحْطُ
Catatan :
·    Tahwil dan tankis hanya diperuntukkan untuk surban yang berbentuk segi empat. Sedangkan untuk surban panjang, bundar atau yang segitiga, hanya dapat dilakukan tahwil saja.
·     Jamaah shalat Istisqo’ juga disunahkan melakukan tahwil dan tankis pada surban masing-masing bersama dengan khatib, hanya saja hal ini dilakukan dengan posisi duduk. Bagi khatib dan jamaah shalat Istisqo’ dianjurkan untuk tidak melepas surban yang sudah di-tahwil dan tankis sampai mereka kembali lagi ke rumah sampai mereka berganti baju.
7.    Setelah khatib selesai berdo’a dengan menghadap ke arah qiblat (barat), maka khatib kembali menghadap ke arah jamaah (timur), kemudian melanjutkan khutbah yang isinya menyuruh para jamaah untuk meningkatkan ketaqwaan dan keimanan serta mendo’akan keamanan dan kebaikan kepada kaum muslimin dan mu’minin, kemudian diakhiri dengan satu atau dua ayat Al-Qur'an serta membaca :
أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِى وَلَكُمْ